Senin, 14 Desember 2009

Sesama Maling Jangan Saling Mendahului

Sesama supir dilarang saling medahului. Slogan tersebut sepertinya sudah sangat akrab terdengar di telinga kita. Ya, memang benar. Itu adalah slogan yang biasa dipakai oleh supir angkutan umum atau metromini untuk saling mengingatkan satu sama lain. Mengapa demikian? Slogan itu muncul dikarenakan terkadang ada beberapa supir yang serakah sehingga main sabet penumpang supir lain. Mereka lupa akan nasib supir lain yang telah lama menunggu penumpang tersebut karena keserakahan mereka. Oleh karena itu muncullah slogan tersebut untuk mengingatkan persamaan kedudukan yang ada di antara para supir. Setidaknya mereka menghargai supir lain dan tidak seenaknya mendahului mereka.
Saat ini Indonesia tengah diserang secara non-politik oleh Negara tetangga kita yang megaku sebagai saudara serumpun. Siapa lagi kalau bukan Malaysia. Serangan itu berupa pengklaiman sejumlah karya seni dan budaya Indonesia. Sudah banyak dari budaya kita yang telah mereka klaim. Salah satu diantaranya adalah batik. Batik yang sudah menjadi ciri khas kebudayaan bangsa Indonesia tiba-tiba saja diakui oleh Malaysia sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Jika sudah begini, siapa yang harus disalahkan?
Sebenarnya, kasus klaim mengklaim kebudayaan bukanlah masalah yang patut untuk dibesar-besarkan. Apalagi sampai mengusik hubungan bilateral antara dua Negara serumpun. Kita sebagai bangsa yang lebih tua seharusnya bisa lebih bijak menghadapi kasus ini. Jika kita cemati, masyarakat Malaysia dulunya merupakan warga Negara Indonesia yang merantau. Di perantauan inilah mereka membawa budaya Indonesia dan memperkenalkannya kepada masyarakat Malaysia. Hal inilah yang menjadikan kebudayaan Indonesia dan Malaysia menjadi tidak begitu berbeda. Istilahnya serumpun tapi tak sama.
Jika kita mau mengakui, sejujurnya ada sangat banyak kebudayaan Indonesia yang juga dipinjam dari bangsa lain. Sebagai contoh adalah sendra tari Ramayana. Sendra tari ini merupakan kesenian khas Jawa yang sering dipentaskan di Candi Prambanan, Yogyakarta. Jika kita menelaah kembali, maka kita akan tersadar bahwa sesungguhnya cerita yang dipentaskan pada tarian tersebut merupakan epos Ramayana yang berasal dari India.
Batik sendiri belum mempunyai asal-usul sejarah yang jelas. Ada yang menduga teknik membatik berasal dari Cina lalu kemudian dikembangkan oleh raja-raja di Indonesia. Ada juga yang mengatakan bahwa teknik membatik berasal dari bangsa Sumeria yang kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India.
Meski banyak informasi yang beredar mengenai asal-usul batik, namun tetap batik Indonesia memiliki beragam corak dan proses pembuatan yang berbeda dari batik-batik lain yang ada di seluruh dunia. Ciri khas inilah yang harusnya diklaim oleh bangsa kita sebagai upaya untuk melestarikan batik Indonesia. Namun, kita tentunya jangan asal mengklaim. Kita terlebih dulu harus memastikan bahwa sesuatu yang hendak kita klaim tersebut memang benar berasal dari kebudayaan bangsa Indonesia dan tidak ada yang menyamainya. Jangan sampai kita didahului maling lain atau jangan sampai kita yang mendahului maling lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar